GridKids.id - Kids, salah satu menu sarapan sehat yang sering dikonsumsi di pagi hari salah satunya adalah nasi pecel.
Pecel merupakan sajian berupa sayur-sayuran yang direbus lalu diperas dan disajikan bersama dengan sambal kacang yang dilarutkan dengan air untuk melengkapi kelezatannya.
Dilansir dari kompas.com, Prof. Murdjiati Gardjito, ahli gastronomi dari UGM, mengungkapkan bahwa sajian pecel disebutkan dalam salah satu teks sejarah yaitu Babad Tanah Jawi.
Pecel disebut banyak dihidangkan di daerah Yogyakarta, istilah dipecel diartikan sebagai rebusan sayur-sayuran yang diperas untuk menghilangkan airnya.
Dalam teks tersebut digambarkan bahwa Ki Gede Pamanahan menjamu Sunan Kalijaga di pinggir sungai dengan menghidangkan sepiring sayuran yang sudah diberi sambel pecel lengkap dengan nasi dan lauk pauk pelengkap lainnya.
Pecel biasanya terdiri dari kangkung, bayam, daun ubi jalar, daun ketela, daun beluntas, daun pegagan, kecombrang, kacang panjang, kecipir, dan kecambah.
Bahan-bahan pecel biasanya mudah ditemukan di sekitar pemukiman, tumbuh di pekarangan, di pinggiran sawah atau tumbuh liar di pinggir jalan.
Meski begitu serat dan kandungan gizinya sangat lengkap dan baik untuk kesehatan pencernaan.
Sajian pecel yang disajikan dengan pelengkap sambal kacang yang dicairkan semakin lezat dan lengkap.
Lalu seperti apa perkembangan sejarah sajian pecel yang banyak digemari masyarakat ini? Simak uraian lengkapnya di bawah ini, ya, Kids.
Baca Juga: Asal-Usul Gado-Gado, Sarapan Sehat dan Mengenyangkan Khas Betawi
Sejarah Perkembangan Sajian Pecel
Pecel tertulis dalam berbagai sumber kitab kuno sejarah nusantara sehingga bisa diperkirakan bahwa makanan ini sudah ada sejak lama.
Menurut Wira Hardiyansyah, seorang praktisi dan pemerhati kuliner Indonesia, mengungkapkan ada kemungkinan bahwa pecel sudah ada bahkan sebelum Masehi.
Menurutnya pecel pertama kali disebut dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad 9 M atau pada era Mataram Kuno/Mataram Hindu ketika tahta kerajaan masih berada di bawah Rakai Watukura Dyah Balitung (898-930).
Dalam kitab itu dituliskan bahwa semua hidangan disajikan dalam bambu panas, daging Cincang akan dicampur dengan sayuran, pecel murni akan dilengkapi perasan jeruk ketika akan menyantapnya.
Semua hidangan itu akan disantap bersama nasi yang bisa dinikmati sepuasnya.
Selain Kakawin Ramayana, terdapat sumber prasasti Siman dari Kediri yang ditulis pada 943 M, yang menyebutkan tentang makanan yang terbuat dari sayuran atau daun-daunan yang direbus, lalu diolah secara khusus dengan bumbu berempah.
Jika bukti sejarah tertua tentang pecel ditemukan pada 9 M, ada kemungkinan besar bahwa sajian pecel sudah ada bahkan sebelum masehi.
Hal ini menunjukkan kalau makanan bisa menjadi bukti tinggalan kebudayaan yang tetap bisa dilestarikan turun temurun hingga ke generasi jauh di bawahnya.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar