Penularan ini diibaratkan seperti kemampuan mengendus rasa takut yang dirasakan oleh binatang, kawanan, maupun mangsanya. Insting ini juga dimiliki manusia untuk mendeteksi munculnya kecemasan atau rasa takut di dekatnya.
Hal ini didukung dengan pendapat para peneliti yang menyebutkan bahwa hormon yang terkoneksi dengan rasa takut bisa terkoneksi dengan bau keringat yang menguar dari seseorang.
Kesimpulannya manusia masih bisa mencium bau ketakutan yang timbul dari orang lain.
Ada senyawa khusus yang keluar dari tubuh ketika seseorang merasa ketakutan, hal ini bisa dideteksi oleh orang yang ada di dekatnya.
Aroma khas ini akan dikirimkan ke otak yang sudah menyiapkan respon seperti emosi rasa takut yang enggak bisa terbendung.
Kemampuan ini semakin meningkat selama pandemi berlangsung, hal ini bisa digambarkan dengan rasa takut atau cemas yang muncul ketika salah satu penumpang batuk atau bersin di kendaraan umum.
Rasa takut dan cemas ini sebenarnya bisa jadi sebuah alarm alami sebagai pengingat, bahwa kita harus semakin menyadari pentingnya proteksi diri di manapun dan kapanpun selama pandemi masih terus berlangsung seperti saat ini.
Baca Juga: Mengenal Amigdala, Bagian Kecil Sistem Otak yang Merespons Rasa Takut
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar