GridKids.id - Kids, sebelumnya kamu sudah diajak belajar tentang peninggalan-peninggalan masa kolonial di Indonesia.
Masa penjajahan Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia membawa banyak perubahan pada tatanan kehidupan masyarakat Indonesia yang ketika itu masih disebut dengan Hindia Belanda.
Kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat mendapat pengaruh dari berlakunya kebijakan-kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang bekerja sama dengan pemerintah lokal setempat.
Menurut Thomas Stanford Raffles dalam History of Java, jumlah penduduk Jawa pada awal abad XIV berjumlah 4.615.270 jiwa.
Baca Juga: Urutan 5 Pulau Terbesar di Indonesia, Bukan Hanya dari Jawa
Dari total jumlah itu, 1,5 Juta diantara hidup di wilayah kerajaan, dan 3 juta sisanya hidup di daerah yang berada di bawah pemerintah kolonial.
Lalu seperti apa sajakah pengaruh kebijakan masa kolonial terhadap kehidupan masyarakat di Jawa saat itu? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
a. Bidang Sosial Kemasyarakatan
Hubungan masyarakat di Jawa pada masa prakolonial adalah hubungan antara abdi-bendara.
Para bendara atau penguasa lokal memiliki kekuasaan dan kedudukan yang lebih tinggi di mata masyarakat, mereka memiliki tanah dan kehormatan dari masyarakat awam lainnya.
Hal itu mendorong masyarakat untuk menyerahkan hasil bumi yang mereka hasilkan diserahkan pada pihak penguasa kerajaan.
Rakyat desa secara berkala harus memberikan upeti pada kerajaan, dan hal tersebutlah yang dimanfaatkan oleh pemerintah kolonial.
Baca Juga: Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia, Masjid, Keraton, Kerajaan
Pemerintah kolonial menjalin kerja sama dengan para penguasa, supaya rakyat lebih mudah dikerahkan untuk melakukan berbagai kebijakan yang direncanakannya.
Upaya pemerintah kolonial ini berhasil diwujudkan melalui peranan para bupati yang melakukan berbagai jenis pungutan pada rakyatnya untuk memenuhi kas kolonial.
b. Bidang Ekonomi
Kolonialisme di Jawa menyebabkan kemakmuran merosot dan rakyat mulai dilanda kemiskinan. Penyebab dari kondisi tersebut, antara lain:
1) Pertumbuhan penduduk yang pesat membuat perbandingan antara jumlah penduduk dengan lahan enggak imbang, hal ini menyembangkan produksi semakin menurun.
2) Para petani enggak memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dengan keras.
Praktik sistem tanam paksa dan kerja rodi menyadarkan mereka bahwa kerja keras seperti apapun enggak akan dinikmati oleh mereka dan hanya akan menjadi keuntungan bagi pemerintah kolonial.
3) Politik pemerintah kolonial Belanda menempatkan Jawa sebagai pokok kehidupan masyarakat Belanda.
Hingga abad 19 konsentrasi kolonial masih terpusat di Jawa, hal ini mengakibatkan Jawa harus menanggung beban keungan untuk daerah-daerah lain yang juga dikuasai oleh Belanda.
Termasuk juga menanggung biaya perang kolonial yang dibebankan pada para penduduk Jawa kala itu.
Baca Juga: 6 Faktor Penyebab VOC Bangkrut yang Sempat Berjaya di Masanya
4) Sistem perpajakan yang sangat memberatkan penduduk yang pendapatannya sudah rendah.
Pungutan pajak terjadi secara enggak adil karena orang Belanda yang memiliki perusahaan perkebunan bahkan enggak dikenai pajak sama sekali.
5) Krisis yang melanda perkebunan-perkebunan pada 1885 merupakan akibat dari jatuhnya harga kopi, gula, dan tembakau di pasar dunia.
Hal ini berdampak pada para pengusaha perkebunan yang kemudian menekan upah buruh dan sewa tanah menjadi serendah mungkin.
Baca Juga: Jawaban Perbandingan Pelaksanaan Pemerintahan Kolonial Inggris dan Belanda, Kelas 5 SD Tema 7
c. Bidang Politik
Pada pertengahan kedua abad XVII, Jawa mengalami puncak krisis di bidang politik.
Tokoh-tokoh kuat kerajaan mataram yaitu Sultan Agung sudah meninggal dunia, banyaknya terjadi konflik intern dalam kerajaan seperti perebutan tahta dan terjadinya banyak pemberontakan.
Mulai terjadinya konflik-konflik dalam kerajaan Mataram ini menjadi celah untuk VOC mencoba masuk dan melakukan berbagai cara untuk mengintervensi urusan kerajaan.
Baca Juga: Tujuan Dibentuknya VOC, Salah Satunya Memperkuat Kedudukan Belanda
Intervensi VOC terus terjadi hingga menyebabkan Kekuasaan Jawa dibagi menjadi dua berdasar Perjanjian Giyanti yang ditandatangani pada 13 Februari 1755.
Perjanjian ini membagi wilayah Timur dikuasai oleh Surakarta yang dipimpin oleh Paku Buwono III dan bagian Barat oleh Yogyakarta yang dipimpin Pangeran Mangkubumi (selanjutnya bergelar HB I).
Pemisahan kerajaan Mataram menjadi dua ini lah yang semakin memudahkan Belanda untuk melancarkan aksi politik adu domba atau divide et impera-nya.
Bahkan setelah itu, Wilayah yang sudah terbagi dua dibagi lagi berdasar Perjanjian Salatiga 1757, yaitu Mangkunegaran yang dipimpin oleh Raden Mas Said yang sebelumnya merupakan koalisi Pangeran Mangkubumi untuk memisahkan diri dari Surakarta.
Baca Juga: Hasil Kebudayaan Masyarakat Nusantara pada Masa Pengaruh Islam, IPS Kelas VII SMP
Nah, Kids, itulah uraian tentang pengaruh kebijakan pemerintah Kolonial Belanda terhadap kehidupan masyarakat Jawa pada masa itu.
Dari uraian di atas, bisa terlihat bahwa pemerintah kolonial Belanda berusaha mendominasi berbagai urusan masyarakat namun semuanya itu berkaitan dengan melanggengkan kepentingannya sendiri khususnya dalam bidang ekonomi.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | kemendikbud.go.id,Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar