GridKids.id - Kids, sadarkah kamu bahwa banyak tanda bahaya yang kamu lihat di sekitarmu memiliki unsur warna merah di dalamnya?
Kenapa bukan menggunakan warna seperti putih, kuning, biru, atau hijau saja yang enggak kalah mencolok?
Ternyata, penggunaan warna merah ini berkaitan dengan sebuah konsep yang dikenal dengan konsep hamburan Rayleigh.
Dilansir dari Kompas.com, simbol atau sinyal bahaya harus bisa terlihat dari kejauhan supaya bisa jadi pemberitahuan bagi orang lain dan bisa mencegah terjadinya kecelakaan.
Baca Juga: Mengapa Lampu Lalu Lintas Berwarna Merah, Kuning, Hijau? Ternyata Ini Alasan Ilmiahnya
Warna merah memiliki panjang gelombang tertinggi mencapai 620-750 nm yang akan lebih sedikit menyebarkan warnanya.
Hal ini penting dan sangat berguna untuk memastikan sinyal bahaya tetap terlihat meski jarak pandangnya rendah karena adanya faktor-faktor yang memengaruhi visibilitas seperti kabut, hujan, dan asap.
Efek Warna Merah pada otak manusia
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Human Neuroscience menghubungkan warna merah yang menarik perhatian manusia secara emosional.
Ketika manusia melihat warna merah sebelum atau sesudahnya akan timbul respon motorik yang membuat adanya peningkatan emosi pada diri manusia.
Warna merah kerap diasosiasikan dengan emosi negatif atau tanda bahaya karena identik dengan amarah, darah, dan api.
Inilah yang menyebabkan pikiran manusia menjadi otomatis aktif dan waspada ketika melihat simbol peringatan berwarna merah.
Baca Juga: Pernak Pernik Ini Wajib Ada Saat Imlek Tiba, Mendominasi Warna Merah!
Nah, Kids, itulah penjelasan tentang alasan banyak simbol atau tanda bahaya yang menggunakan warna merah sebagai unsurnya.
Ternyata hal ini berhubungan secara ilmiah dengan spektrum warna dan reaksi psikologis warna tersebut dengan indera penglihatan dan otak manusia.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar