GridKids.id - Selama pandemi ini, banyak istilah baru yang bermunculan.
Salah satu istilah yang belakangan jadi akrab di telinga adalah badai sitokin.
Tahukah kamu apa itu badai sitokin?
Pada dasarnya badai sitokin bukan merupakan penyakit, Kids.
Baca Juga: Apa Itu Badai Sitokin? Gejala yang Bisa Sebabkan Kematian pada Pasien COVID-19
Badai sitokin selama ini sering dikaitkan dengan pasien COVID-19.
Namun begitu, badai sitokin enggak hanya bisa dialami oleh pasien COVID-19 saja.
Nah, kita cari tahu apa yang dimaksud badai sitokin serta efeknya pada tubuh jika terserang badai sitokin, yuk!
Apa yang Dimaksud dengan Badai Sitokin?
Badai sitokin adalah sebuah sindrom yang merujuk pada gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami peradangan yang terlalu banyak.
Akibatnya, hal tersebut bisa membuat organ tubuh gagal berfungsi sebagai mana mestinya dan bisa menyebabkan hal yang fatal.
Badai sitokin disebut sebagai salah satu penyebab kematian pada banyak pasien COVID-19.
Baca Juga: Mengenal Apa Itu Impostor Syndrome, Ternyata Bisa Dialami Oleh Setiap Orang
Selain bisa dialami pasien COVID-19, badai sitokin juga bisa dialami oleh penyandang autoimun seperti artritis juvenile.
Selain itu, badai sitokin juga bisa dialami oleh pasien yang menjalani pengobatan kanker.
O iya, berdasarkan penelitian atas pasien influenza H1N1, sebanyak 81 persen pasien yang mengalami badai sitokin meninggal dunia.
Efek Badai Sitokin Jika Menyerang Tubuh
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi virus pada tubuh bisa memicu terjadinya badai sitokin.
Setelah menginfeksi tubuh, virus akan menggandakan diri dengan sangat cepat, Kids.
Kemudian, sel-sel tubuh pun akan mengirimkan sinyal tanda bahaya.
Nah, setiap kali sel merasakan ada sesuatu yang buruk, maka mereka akan merespons hal tersebut dengan cara membunuh dirinya sendiri.
Hal itu dilakukan dalam rangka melindungi tubuh supaya hal buruk tersebut enggak menyebar ke sel-sel alinnya.
Baca Juga: Banyak Diderita Pasien COVID-19, Sebenarnya Apa Itu Anosmia?
Sayangnya, tatkala ada banyak sel yang melakukan hal tersebut secara bersamaan, maka ada banyak pula jaringan tubuh yang bisa mati.
Dalam kasus pasien COVID-19, umumnya jaringan tersebut mayoritas ada di paru-paru.
Ketika jaringannya rusak maka bisa berakibat fatal karena membuat organ enggak bisa bekerja sebagaimana mestinya bahkan gagal berfungsi.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Rahwiku Mahanani |
Editor | : | Rahwiku Mahanani |
Komentar