GridKids.id - Kasus virus corona pertama kali diidentifikasi pada Desember 2019.
Sampai satu tahun kemudian, virus ini sudah menjaid pandemi yang menginfeksi seluruh dunia.
Sekarang (14/2/21), sudah ada 109.088.412 kasus virus corona di dunia.
Baca Juga: Kembali Muncul, Inilah 4 Gejala Baru COVID-19 yang Dirasakan Berbagai Usia, Salah Satunya Kedinginan
Belum lagi, sejak Desember 2020 ditemukan virus corona jenis baru di Inggris, yang lalu diikuti dengan munculnya COVID-19 varian baru di Afrika Selatan dan Brasil.
Virus yang penularannya lebih cepat ini sudah menginfeksi beberapa negara.
Meski begitu, ternyata ada kabar baik mengenai COVID-19 di seluruh dunia.
Penurunan Kasu COVID-19 di Seluruh Dunia
Melansir Kompas.com, tingkat infeksi baru dari virus corona dilaporkan turun 44,5 persen dalam sebulan terakhir.
Ini adalah penurunan terbesar dan paling konsisten sejak pandemi dimulai, menurut penghitungan AFP.
Kasus baru virus corona juga turun minggu lalu, dengan rata-rata 412.700 kasus per hari.
Jumlah ini berbanding terbalik dengan 743.000 kasus harian baru pada 5-11 Januari.
Baca Juga: 4 Kegiatan Ini Jadi Hobi Baru Saat Pandemi, Mana Saja yang Sudah Kamu Coba?
Hal ini juga disampaikan oleh pakar epidemiologi Antoine Flahault yang juga direktur Institut Kesehatan Global Universitas Jenewa.
Ia mengatakan kalau sedikit banyak daerah di dunia terjadi penurunan kasus virus corona yang relatif.
Nah, apakah itu berarti pandemi COVID-19 akan segera berakhir?
Apakah Pandemi Virus Corona Sudah Akan Berakhir?
Sayangnya, hal ini enggak bisa dipastikan.
Di beberapa negara, penurunan virus corona memang menurun dengan tajam. Contohnya saja di Portugal, kasus baru melambat sampai 54 persen, dan di Israel turun 39 persen.
Belum lagi, beberapa negara juga sudah melakukan vaksinasi.
Baca Juga: Hidung Tersumbat Bisa Jadi Gejala Virus Corona, Bagaimana Bedakan dengan Pilek Biasa?
Meski begitu, jumlah kasus yang dikonfirmasi cuma menunjukkan sebagian kecil dari total kasus sebenarnya.
Sebab, tiap negara punya cara penghitungan dan pengujian yang berbeda-beda.
Selain itu, ada negara-negara lain yang masih mengalami lonjakan COVID-19. Contohnya Irak (81 persen), Yordania (34 persen), Yunani (29 persen), dan Ekuador (21 persen).
Lagi pula, risiko lonjakan bisa kembali terjadi kalau pemerintah mengulangi kesalahan masa lalu seperti pencabutan lockdown terlalu dini pada musim panas di Eropa.
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik di https://www.gridstore.id.
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar