Faktor Komorbid
Ahli Patologi Klinis yang juga Direktur RS UNS, Surakarta, Jawa Tengah, dokter Tonang Dwi Ardyanto menjelaskan, 80-85 persen pasien terkonfirmasi COVID-19 adalah tanpa gejala atau ringan.
Sementara itu, 10 persen merupakan pasien berat dan 5 persen kritis yang mayoritas punya penyakit penyerta atau komorbid.
Penyakit penyerta atau komorbid inilah yang jadi faktor utama pasien COVID-19 mengalami kondisi parah sampai menyebabkan meninggal dunia.
"Nah, di antara yang meninggal, sebanyak 70-75 persen adalah karena ada komorbid," kata dokter Tonang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/9/2020).
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam kategori komorbid. Di antaranya jantung, hipertensi, diabetes, asma, kolesterol tinggi, asam urat tinggi, dan penyakit berat lainnya.
Penyakit-penyakit tersebut adalah penyakit jangka panjang yang enggak serta merta sembuh setelah diobati.
"Itu yang disebut komorbid. Orang seperti itu, kalau terinfeksi COVID-19, maka lebih berisiko mengalami pemburukan daripada yang enggak ada komorbidnya," kata dokter Tonang.
Saat ditanya soal seseorang yang semula enggak mengalami penyakit atau gejala apa pun lalu tiba-tiba memburuk, dokter Tonang enggak bisa menjawab secara pasti apa penyebabnya.
Kondisi ini terjadi pada sejumlah pasien, seperti happy hypoxia.
Pasien yang terlihat baik-baik saja tiba-tiba kondisinya memburuk dan mengalami sesak napas.
Hal itu dimungkinkan karena banyak faktor yang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Baca Juga: Jadi Gejala Baru COVID-19, Apa Itu Happy Hypoxia atau Hypoxemia?
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar