Polusi Informasi
Kondisi itu juga diperburuk dengan beredarnya informasi yang saling bertolak belakang atau dalam istilah sosiologi disebut dengan polusi informasi.
Selanjutnya, Pak Drajat melihat virus corona yang enggak kunjung teratasi ini menimbulkan persepsi di tubuh masyarakat kalau dokter dan rumah sakit enggak bisa menyelesaikan ini.
Pada akhirnya, mereka pun masuk ke dalam nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan serta enggak lagi percaya terhadap arahan medis.
"Kalau sudah masuk ke situ, dia tidak percaya dengan risiko yang diberikan oleh medis. Kalau orang kena penyakit, ya berarti Tuhan sudah menakdirkan," kata Pak Drajar.
"Semakin lama tidak ada kepastian penyelesaian penyakit ini, semakin orang kemudian mencari jalan keluar lain selain medis," tutupnya.
Oleh karena itu, Pak Drajar menyebut bahwa pemerintah saat ini perlu melibatkan seluruh stakeholder masyarakat dalam pengembangan informasi tentang COVID-19.
Sebab, pengembangan informasi COVID-19 selama ini disentralisasi oleh negara.
(Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh)
Baca Juga: Demi Cegah COVID-19, Dokter Sarankan Restoran untuk Tak Memutar Lagu, Ini Alasannya
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar