GridKids.id - Beberapa waktu ini, media sosial tengah dihebohkan dengan sepeda Brompton.
Yup, Brompton adalah merek sepeda lipat yang mencuri perhatian banyak orang.
Meski telihat biasa saja, ternyata sepeda ini merupakan salah satu sepeda impian banyak bikers, lho.
Brompton pertama kali didesain pada tahun 1975 di Inggris. Sepeda yang tergolong mewah ini didesain oleh Andrew Ritchie. Harga sepeda ini pun mahal, Kids.
Saat mendesain ini, ia menghadap ke Brompton Oratory di Kensington Selatan, London. Oleh karena itu, sepeda rancangannya diberi nama "Brompton".
Desain pertama sepeda Brompton terlihat cukup kasar, tapi rapi dan nyaman karena bisa dilipat sehingga praktis dibawa ke mana pun.
Baca Juga: Punya Harga Selangit dan Jadi Sepeda Idaman, Apa Keistimewaan Brompton?
Inilah yang membuat sepeda ini istimewa dalam desain sepeda lipat.
Tahun 1981, sepeda lipat ini mulai diproduksi dalam skala kecil dan diproduksi secara khusus.
Brompton diproduksi secara massal pada 1988, dengan pabrik pertama berada di Brentford, London Barat.
Di Indonesia, ada merek asal Bandung yang memproduksi rangka sepeda lipat mirip Brompton, yang diberi nama Kreuz.
Yup, ini adalah karya anak negeri. Ditemui di workshop-nya di Bandung, dua pemilik Kreuz, Pak Yudi Yudiantara (50) dan Pak Jujun Junaedi (37), menceritakan awal mula terciptanya sepeda Kreuz.
Tidak sengaja
“Asalnya kami membuat tas pannier yang di-press tanpa jahitan dengan sistem quicklock mirip buatan Jerman pada tahun 2018,” ujar Pak Yudi, mengawali perbincangannya dengan Kompas.com, belum lama ini.
Meski mencoba menyaingi kualitas Jerman, tas Kreuz tersebut menawarkan harga lebih murah, bahkan jika dibandingkan dengan produksi China.
Pendekatan ini membuat produknya laku keras. “Target kami memang mengalahkan produk China,” tutur Pak Yudi.
Pada tahun 2019, ia berencana mengikuti Indonesia Cycling Festival (ICF) di Senayan, Jakarta. Di saat yang bersamaan itulah, Pak Yudi melihat banyak Brompton.
Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya, sepertinya lucu jika tas Kreuz digantung di sepeda Brompton. Namun, harga Brompton mahal. Ditambah saat itu sedang ramai kasus Garuda Indonesia.
Baca Juga: Bikin Bangga, 10 Provinsi Ini Sudah Bebas dari Virus Corona, Apakah Salah Satunya Tempat Tinggalmu?
Akhirnya, dua rekanan ini memutuskan membuat sendiri sepeda Brompton untuk display. Mereka membongkar Brompton seri terbaru milik temannya untuk membuat prototipe pertama Kreuz.
“Prototipe pertama ini banyak kesalahan. Meski geometris dan wheelbase-nya sama, detailnya ada yang salah. Tapi, kalau digunakan sudah enak dan nyaman,” tutur dia.
Rupanya banyak orang yang tertarik dengan prototipe ini. Bahkan, ada orang yang ingin membeli prototipe pertama, dan ada pula yang ingin berinvestasi.
Namun, kedua permintaan tersebut ditolak. Sebab, Yudi dan Jujun belum mengetahui kelemahan dari produk ini, dan ia tidak ingin produknya hanya sekadar bisnis.
“Basic-nya memang Brompton, tapi tekukannya kami buat beda. Kalau Brompton di tengah, kami dari awal. Bentuk kepala juga dibuat berbeda,” ucap dia.
"Begitu pun dengan over size-nya, dibuat beda, karena Kreuz dibuat untuk kuat di segala medan," sebut Yudi.
Semua pengerjaan dilakukan handmade dengan melibatkan banyak industri kecil rumahan, mulai dari tukang bubut, tukang cetak plastik, hingga yang lainnya, dengan bahan baku dalam negeri.
Karena itu, ia memproduksi sepeda dengan kemudahan sparepart. Ada lebih dari 30 sparepart yang dibuat Kreuz.
Sejumlah sparepart bahkan bisa pula digunakan untuk sepeda Brompton.
Inden
Kini, frame set sepeda lipat tiga tersebut dijual seharga Rp 3,5 juta. Bila ingin full bike, minimal akan menghabiskan dana Rp 8 juta.
Namun, ia tidak menyarankan full bike. Sebab, mendandani sepeda sendiri akan memberikan kebanggaan bagi si pemilik.
Untuk mendapatkan sepeda ini, pembeli harus sabar. Sebab, hingga kini, inden sepeda Kreuz sudah mencapai Februari 2021.
“Kami menargetkan produksi setiap bulannya 10-15 unit, sedangkan jumlah pemesanan mencapai 100 frame. Indennya sampai Februari 2021,” ungkap dia.
Peminat Kreuz datang dari berbagai daerah di Indonesia serta beberapa negara, seperti Malaysia dan Singapura.
Baca Juga: Ditemukan Kosong dan Terombang-ambing, Inilah Sederet Keanehan dari Kapal Misterius di Perairan Aceh
Namun, Yudi mengaku ingin fokus memenuhi permintaan dalam negeri, sehingga menolak pesanan luar negeri.
Begitu pun dengan pesanan dari toko sepeda yang harus ditolak karena tidak ada barang. Jangankan untuk stok, pemenuhan pesanan customer pun harus inden.
"Orang yang tidak memiliki banyak uang tetapi ingin sepeda berkualitas seperti Brompton, bisa membeli Kreuz," sebut dia.
“Awalnya, kami pasarkan Kreuz ini di Facebook. Nih, kami punya 10, silakan siapa yang mau." "Dalam satu jam barang habis, tapi ternyata penjualan seperti itu capek. Jadi kami pakai sistem inden saja sekarang,” ucap dia lagi.
Penulis : Reni Susanti
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Regina Pasys |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar