GridKids.id - Virus corona Covid-19 pertama kali muncul di akhir tahun 2019.
Virus ini diduga berasal dari salah satu pasar hewan liar di Wuhan, Tiongkok.
Sejak kemunculannya, kini Covid-19 sudah menyebar di 213 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Sebagai virus baru, SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih perlu banyak penelitian untuk semakin memahami sifat-sifatnya.
Salah satu yang disimpulkan para ahli, virus ini punya sifat mudah sekali menular dan pada tingkatan tertentu bisa menimbulkan kematian.
Para ahli dan peneliti masih berupaya mengembangkan vaksin yang efektif secepat mungkin, sementara untuk proses pengobatan para ahli kesehatan memutuskan untuk menggunakan beberapa jenis obat yang diyakini mampu melawan virus ini.
Melansir Kompas.com dari jurnal Nature, saat ini ilmuwan sudah mengumpulkan daftar 15 jenis obat yang dianggap sebagai kandidat terbaik untuk melawan virus corona.
Perlu diingat kalau obat-obatan yang tertera dalam daftar ini masih dalam tahap uji coba dan saat ini belum ada obat yang menjamin kesembuhan dari Covid-19.
Klorokuin dan Hidroksiklorokuin
Klorokuin fosfat (chloroquine phosphate) merupakan senyawa sintetis (kimiawi) yang punya struktur sama dengan quinine sulfate.
Quinine sulfate berasal dari ekstrak kulit batang pohon kina, yang selama ini juga jadi obat bagi pasien malaria.
Klorokuin dan turunannya, hidroksiklorokuin memang menjadi salah satu senyawa yang dianggap sebagai kandidat antivirus untuk Covid-19.
Penelitian sudah dilakukan oleh Wuhan Institute of Virology dari Chinese Academy of Sciences.
Penelitian tersebut dilakukan oleh ahli virologi Manli Wang bersama timnya, dan sudah dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Berdasarkan penelitian awal, klorokuin bisa menghambat kemampuan virus baru untuk menginfeksi dan tumbuh di dalam sel saat diuji pada kera.
Baca Juga: Kabar Baik! Obat Tradisional Ini Sudah Terbukti Efektif Sembuhkan Covid-19 di Tiongkok
Lopinavir dan Ritonavir
Kombinasi lopinavir dan ritonavir bekerja dengan baik untuk melawan virus HIV.
Kombinasi obat ini bekerja langsung pada protein inti virus yang disebut protoase. Kombinasi ini sudah berhasil diuji pada tikus.
Selain ampuh melawan virus HIV, kombinasi obat ini juga terbukti efektif dalam tes vitro pada SARS-CoV-1 dan MERS.
Walau begitu, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk melihat keampuhannya menghadapi SARS-CoV-2.
Nafamostat dan Camostat
Nafamostat dan camostat adalah inhibitor protease serin yang disetujui di Jepang untuk digunakan melawan pankreatitis pada manusia.
Camostat sebelumnya ditemukan secara in vitro untuk memblokir masuknya SARS-CoV dengan bertindak sebagai antagonis pada serine protease TMPRSS2.
Para peneliti percaya baik nafamostat dan camostat bisa punya efek yang sama dalam menghambat SARS-CoV-2.
Secara in vitro, keduanya sudah ditemukan untuk memblokir masuknya SARS-CoV-2 ke dalam sel, meskipun satu studi pra cetak melaporkan kalau nafamostat menghambat masuknya sel virus dengan efisiensi kira-kira 15 kali lipat lebih tinggi dari pada camostat.
Famotidine
Famotidine dianggap punya kemungkinan untuk mengikat protease seperti papain yang dikodekan oleh genom SARS-CoV-2 dan diketahui penting sebagai sarana masuknya SARS-CoV.
Namun, enggak satu pun dari hasil uji sel yang sejauh ini mendukung hipotesis itu, kata Robert Malone, seorang konsultan biodefense yang berbasis di Virginia yang menguji efektivitas famotidine.
Malone mengatakan timnya antusias dengan obat ini karena biayanya yang murah, efek samping rendah, dan ketersediaannya yang melimpah.
Baca Juga: Ternyata Inilah Obat untuk Pasien Virus Corona Selama Masa Isolasi, Efeknya Mual Hingga Napas Pendek
Umifenovir
Umifenovir adalah molekul indol-turunan kecil yang dilisensikan untuk digunakan hanya di Rusia dan Cina sebagai profilaksis untuk virus influenza A dan B.
Obat ini dianggap oleh beberapa orang punya sifat anti-virus spektrum luas, meskipun bukti kalau efek menguntungkannya bagi kesehatan manusia masih diperdebatkan.
Sebuah penelitian yang membandingkannya dengan lopinavir atau ritonavir menemukan kalau umifenovir lebih efektif dalam mengurangi viral load pada pasien.
Nitazoxanide
Nitazoxanide adalah thiazolide yang digunakan sebagai anti-infeksi dan ampuh pada infeksi parasit, bakteri dan virus.
Pada infeksi virus, seperti infeksi dari MERS-CoV, ia bertindak dengan memblokir pematangan protein N nukleokapsid virus yang meningkatkan produksi partikel virus.
Saat ini, nitazoxanide masih menjalani uji klinis untuk membandingkan efektifitasnya dengan hidroksiklorokuin dan ivermectin.
Ivermectin
Ivermectin adalah makrolida lipofilik yang biasanya digunakan sebagai obat anti-parasit berspektrum luas yang juga memengaruhi banyak invertebrata.
Pada parasit, ia bekerja dengan mengikat saluran ion glutamat yang berpagar glutamat, yang mengarah pada depolarisasi sel dan kelumpuhan atau kematian parasit.
Saat diarahkan melawan Covid-19, diperkirakan bekerja dengan cara mengikat dan mendestabilisasi protein transpor sel yang digunakan untuk memasuki nukleus.
Baca Juga: Dikabarkan Berguna untuk Lawan Virus Corona, Khasiat Tanaman Kina Ternyata Sudah Terkenal Sejak Dulu
Kortikosteroid
Salah satu obat imunomodulator yang sedang dipelajari untuk pengobatan Covid-19 adalah kortikosteroid.
Obat ini bekerja di tingkat molekul dengan menghambat perkembangan gen yang dapat menimbulkan inflamasi.
Tocilizumab dan Sarilumab
Beberapa obat yang ditujukan untuk memblokir badai sitokin sedang diuji dalam uji klinis, termasuk tocilizumab dan sarilumab.
Keduanya merupakan antagonis antibodi monoklonal dari reseptor IL-6 yang biasanya digunakan untuk mengobati rheumatoid arthritis.
Bevacizumab
Bevacizumab adalah antibodi monoklonal yang berfungsi sebagai obat yang diarahkan melawan protein pensinyalan VEGF (faktor pertumbuhan endotel pembuluh darah) dalam berbagai perawatan kanker.
Obat ini menekan tumor dengan menghambat pertumbuhan pembuluh darah yang memberi makan tumor.
Dengan menekan VEGF, obat ini juga berpotensi mengurangi permeabilitas pembuluh darah dan dengan demikian mengurangi jumlah cairan yang masuk ke paru-paru pasien Covid-19 yang menderita ARDS.
Fluvoxamine
Fluvoxamine adalah obat anti-depresan yang biasanya digunakan untuk mengobati gangguan obsesif-kompulsif.
Penelitian sebelumnya pada hewan menemukan kalau inhibitor serotonin-reuptake selektif ini berikatan dengan reseptor sigma-1 untuk mematikan kaskade inflamasi dari retikulum endoplasma dalam sel.
Obat ini sudah diujicobakan pada banyak pasien dan sejauh ini enggak ada efek samping yang berbahaya.
(Penulis: Jawahir Gustav Rizal)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar