Saat kasus virus pertama dikonfirmasi pada 23 Januari 2020, yaitu seorang pria yang sudah melakukan perjalanan dari Wuhan, negara ini sedang mereaksikan rencana darurat.
"Itu sangat cepat bertindak dengan cara yang tampaknya cukup ekstrem pada saat itu tetapi kemudian terbukti agak masuk akal," kata Prof Guy Thwaites, direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford (OUCRU) di Kota Ho Chi Minh, yang bekerja dengan pemerintah dalam program penyakit menular.
Vietnam memberlakukan langkah-langkah cepat, di saat negara-negara lain akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melakukan pembatasan perjalanan.
Vietnam juga memantau dengan cermat dan akhirnya menutup perbatasan dengan Tiongkok dan meningkatkan pemeriksaan kesehatan di perbatasan dan tempat rentan lainnya.
Sekolah pun sudah tutup pada akhir Januari sampai pertengahan Mei.
"Ini adalah negara yang telah menangani banyak wabah di masa lalu," ujar kata Prof Thwaites, dari SARS (2003) sampai flu burung (2010) dan wabah besar campak dan demam berdarah.
Pemerintah dan populasi sangat terbiasa menangani penyakit menular dan mungkin lebih menghormatinya dibandingkan negara-negara yang lebih kaya.
Vietnam tahu bagaimana menanggapi hal-hal tersebut.
Pada pertengahan Maret, Vietnam mengirim semua orang yang memasuki negaranya dan siapa pun di dalam negara tersebut yang melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi ke pusat karantina selama 14 hari.
Sebagian besar biaya ditanggung pemerintah, meskipun akomodasi enggak selalu mewah, tapi membuat orang yang berpotensi terinfeksi menjauh dari masyarakat umum.
Baca Juga: Fakta Unik dari Vietnam, Negara dengan Nol Kasus Kematian Karena Covid-19
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar