"Salah satu alasan mengapa mutasi ini menarik adalah, karena mencerminkan penghapusan besar seperti yang muncul dalam wabah SARS tahun 2003," ujar Peneliti dari Arizona State University Efrem Lim, dilansir dari Science Alert, Rabu (6/5/2020).
Sejumlah ilmuwan sampai saat ini tengah menyelidiki bagaimana mutasi ini akan membawa perubahan pada virus corona.
"Penghapusan serupa pada genom SARS-CoV-2 sedang muncul, terutama pada gen ORF8 yang berpotensi mengurangi kebugaran virus," tulis tim dalam makalah mereka.
Studi kedua dilakukan oleh tim peneliti di Los Alamos National Laboratory dengan membuat analisis untuk melacak mutasi yang terlihat pada virus corona.
Khususnya mutasi yang berkaitan dengan spike protein yang terkenal di permukaan virus.
Tim menemukan empat belas mutasi sepanjang wabah dan berhipotesis kalau satu jenis virus lebih menular daripada jenis asli dari Wuhan.
Studi tersebut mengungkapkan mutasi baru dari virus corona yang asli itu mulai menyebar di Eropa pada awal Februari 2020 dan dengan cepat ke sejumlah negara lainnya, dan menjadi jenis yang paling dominan di dunia.
Tim berpendapat bahwa karena lonjakan mutasi protein D614G telah 'menyalip' versi asli virus dari Wuhan yang disebut D614.
Temuan ini telah mendorong "kebutuhan mendesak adanya peringatan dini" bagi para pengembang vaksin dan obat-obatan untuk membuat solusi efektif untuk melawan virus jenis baru itu.
Baca Juga: Heboh Virus Corona, Ternyata Dulu Pernah Ada Wabah Menari yang Misterius
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Grid Kids |
Komentar