2. Bermula dari Solo
Ada cerita tentang seorang pedagang Martabak asal India yang biasa berjualan di Taman Sriwedari Solo kisaran tahun 1935-1936.
Waktu itu martabak bukan jenis makanan yang umum dan banyak dikenal masyarakat kita, Kids.
Nah, untuk mempromosikannya pedagang martabak mulai mempromosikan dagangannya dengan meneriakkan 'martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal'.
Dari situ mulai dikenal istilah halalbehalal mulai populer di telinga masyarakat Solo, Kids.
Istilah itu lalu mulai banyak digunakan ketika ada orang yang akan pergi ke taman Sriwedari ketika hari lebaran.
Selanjutnya mulai sering digunakan untuk menjelaskan silaturahmi dan momen saling memaafkan satu sama lain di hari lebaran.
3. Sudah Ada Sejak Era Mangkunegara I
Ada juga tradisi mirip halalbihalal yang dilakukan di Keraton Mangkunegaran, Solo.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak masa Mangkunegara I ketika hari raya.
Agar bisa praktis dan menghemat waktu juga biaya, selepas salat Idulfitri, Mangkunegara I akan mengadakan pertemuan dengan para kerabat kerajaan dan punggawa keraton berbarengan di Balai Istana.
Baca Juga: Tak Hanya Jaga Hubungan Baik, Simak Manfaat Saling Memaafkan untuk Kesehatan
Di sini dilakukan sungkeman atau saling maaf-memaafkan.
Semua tanpa terkecuali akan secara tertib sungkem pada raja dan permaisurinya.
Tradisi keraton Mangkunegaran ini lalu mulai diadopsi juga oleh organisasi-organisasi Islam dengan istilah baru yaitu Halalbihalal.
Nah, Kids, itulah tadi penjelasan tentang sejarah tradisi halalbihalal, budaya silaturahmi di hari lebaran di Indonesia.
Pertanyaan: |
Siapa nama ulama yang mengenalkan ide Halalbihalal pada Presiden Soekarno? |
Petunjuk, cek lagi halaman 2. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.