GridKids.id - Hai, Kids, masih bersama GridKids di artikel Belajar dari Rumah (BDR) Sejarah XI SMA.
Sebelumnya kamu telah melihat seperti apa pilihan kaum nasionalis dengan bekerja sama dengan Jepang.
Jalan atau pilihan untuk bekerja sama dengan Jepang ini diambil meski penuh dilema, Kids.
Di lain sisi, kelompok lain menjalankan strategi yang berbeda dan lebih agresif, yaitu lewat perlawanan.
Selama era pendudukan Jepang, ada banyak hal yang dilakukan oleh kelompok radikal ini.
Dari membangun jejaring, menyebar luas propaganda anti Jepang, sabotase, hingga upaya peledakan jalur kereta api.
Beberapa kelompok juga secara terang-terangan melakukan perlawanan terbuka pada Jepang, nih, Kids.
Meski berjalan enggak seimbang dari segi kekuatan, kelompok atau rakyat melawan menunjukkan bahwa mereka punya sikap dan kepercayaan yang kuat.
Jika hal itu berkaitan dengan harkat, martabat, dan hak untuk meyakini sesuatu, masyarakat tak gentar berjuang melawan Jepang yang memaksakan kepercayaan mereka dalam segala kesempatan.
Penghormatan kepada dewa Matahari mungkin jadi salah satu hal yang mengundang protes karena bertentangan dengan keyakinan umat Islam di Indonesia kala itu.
Nah, kali ini kamu diajak untuk melihat beberapa perlawanan bangsa Indonesia pada era pendudukan Jepang. Seperti apa perlawanannya, ya?
Baca Juga: Dampak Pendudukan Jepang: Militer hingga Mobilisasi Kaum Perempuan dan Pekerja, Sejarah XI SMA
Strategi Perlawanan Era Pendudukan Jepang: Aceh
Perlawanan terbuka yang satu ini dilatarbelakangi oleh alasan agama, Kids.
Sebelumnya tokoh setempat menunjukkan sikap terbuka dan memberi kemudahan bagi Jepang untuk masuk wilayah Aceh.
Namun, delapan bulan setelahnya terjadi perlawanan di Cot Plieng, Bayu, dekat Lhokseumawe di bawah pimpinan Tengku Abdul Djalil.
Beliau adalah pemimpin madrasah yang menggambarkan Jepang sebagai setan dan perusak ajaran agama.
Hal ini juga dipicu oleh aktivitas seikeirei yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Seikeirei adalah penghormatan pada dewa kepercayaan orang Jepang, yaitu dewa Matahari.
Bagi umat Islam yang hanya menyembah ke arah kiblat, hal ini tentunya bertentangan dengan kepercayaan mereka.
Pertempuran yang terjadi pada 10 November 1942 ini berjalan enggak seimbang.
Tentara Jepang menggunakan senjata api sedangkan kelompok Tengku Abdul Djalil menggunakan senjata tradisional.
Tengku Abdul Djalil dan murid-muridnya terdesak dan akhirnya harus gugur di medan perang memperjuangkan agama dan kemerdekaan kaumnya.
Pertanyaan: |
Apa yang membuat rakyat melakukan perlawanan terhadap Jepang? |
Petunjuk, bisa cek lagi halaman 1. |
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.