Find Us On Social Media :

Jelang Hari Raya Nyepi, Umat Hindu Lakukan Parade Ogoh-Ogoh, Apa Itu?

Salah satu prosesi menjelang Nyepi adalah pawai ogoh-ogoh yang digelar pada malam pengerupukan atau sehari sebelum Nyepi

Arakan ogoh-ogoh akan diiringi gamelan Bali yang disebut bleganjur.

Sejarah Ogoh-ogoh

Pada tahun 1983, wujud Bhuta Kala mulai dibuat berkaitan dengan ritual Nyepi di Bali.

Sejak saat itu, masyarakat di beberapa tempat di Denpasar mulai membuat perwujudan onggokan yang disebut ogoh-ogoh.

Budaya baru ini juga semakin meluas saat ogoh-ogoh diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII.

Bersumber dari situs Pemerintah Kota Denpasar, tujuan dari upacara ini adalah untuk mengusir Bhuta Kala atau kejahatan yang dilakukan ketika sore (sandhyakala) setelah dilaksanakan upacara mecaru di rumah.

Bhuta Kala sendiri merupakan representasi dari Bhu atau alam semesta serta Kala yang berarti waktu.

Ini adalah sebuah manifestasi dari hal-hal seperti keburukan maupun kejahatan.

Pengerupukan sendiri dilakukan dengan cara memukul benda tertentu atau kentongan hingga gaduh, menebar nasi tawur, mengobori rumah, hingga menyemburkan rumah dengan mesiu.

Segala hal tersebut dilakukan agar hal-hal buruk bisa hilang.

Khusus di Bali, pelaksanaan Pengerupukan ini juga turut dimeriahkan dengan sebuah pawai ogoh-ogoh besar-besaran.

Baca Juga: Alasan Harus ke Bali Ketika Hari Raya Nyepi, Salah Satunya Melihat Pemandangan Alam Langit Bertabur Bintang