GridKids.id - Bullying merupakan suatu tindakan yang seharusnya tak terjadi pada siapa saja karena bisa berdampak buruk.
Bullying pada lingkungan sekolah berdampak pada psikologis anak.
Hal tersebut menjadi sorotan Komisi Perlindungan Anak, (KPAI) Komisioner KPAI, Ai Maryati Solihah menyebut tindakan bullying yang terjadi karena cara berkomunikasi yang tak selaras sehingga munculnya relasi kuasa.
"Situasi kekerasan di Indonesia masih sangat kuat di dalam kultur, cara berkomunikasi, bahkan mungkin mengekspresikan sesuatu sehingga lahirnya analisa relasi kuasa," Komisioner KPAI, Ibu Ai Maryati Solihah, kepada GridKids.
Menurut Ibu Ai Maryati Solihah, hal tersebut umumnya terjadi dari anak yang usainya lebih tua dan kuat sehingga memengaruhi anak yang menjadi korban.
Ibu Ai Maryati Solihah menjelaskan tindakan bullying atau kekerasan sendiri bisa ditekan sedemikan rupa.
"Bukan hanya secara kultural saja, apakah ini dianggap pendekatan moralitas atau hanya pendekatan bersifat himbauan," ujar Ibu Ai Maryati Solihah.
Lebih lanjut Ibu Ai Maryati Solihah menjelaskan, aturan yang ada akan mengukur tak hanya memberikan himbauan saja.
"Saya lihat kendalanya masih besar untuk menjadi aturan yang bisa diimplementasikan di sekolah."
Jika pendekatan secara kultural dan sruktur aturan diterapkan, akan memperkecil gap adanya situasi kekerasan atau bullying di sekolah.
"Selain itu, secara kultur dan struktur aturan bisa saling memperkuat, maka saya rasa kita akan memperkecil gap adanya situasi kekerasan."
Baca Juga: 7 Cara Ampuh Mencegah Perilaku Bullying di Lingkungan Sekolah
Menurut Ibu Ai Maryati Solihah, hal tersebut termasuk di keluarga sendiri dengan penerapan reward and punishment.
"Ini termasuk di dalam keluarga sendiri, saya kira reward and punishment dalam pengasuhan, kemudian saling mendorong, mendukung, saling asah asih asuh antar keluarga."
"Itu jauh ada aturannya, kita saat ini mempunyai pengasuhan positif yang digembar-gemborkan oleh pemerintah itu jauh lebih duluan."
Namun menurut ibu Ai Maryati Solihah, hal tersebut bukan hanya sebatas nilai yang harus ditaati.
"Ada kontroling ada aparat, seperti ruang lingkupnya di dalam masyarakat ada kelompok-kelompok masyarakat."
"Kepanjangan kaki tangan negara ataupun alat perangkat negara yang bisa menyentuh masyarakat."
Menurut ibu Ai Maryati Solihah, hal tersebut masih lemah sehingga bullying dianggap budaya dan sulit sekali ditekan.
Oleh sebab itu penting memberikan edukasi kepada anak atau warga sekolah.
"Ini tentu menjadi refleksi kita bagaimana materi-materi bully itu bukan hanya dari guru, kepala sekolah, tapi kita harus langsung edukasi kepada penerima manfaat edukasi di lingkungan langsung anak-anak itu."
Skala edukasi tersebut masih cukup kurang sehingga KPAI mengukur ruang lingkup yang masih memerlukan edukasi terutama pada anak-anak.
Baca Juga: Apa Itu Bullying? Ini Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
"Ini yang masih relatif kurang yang saya liat, sehingga berbagai kebijakan, berbagai jawaban atas situasi pengawasan yang kami rekomendasi, itu terus mendapat tantangan."
"Harus ada ruang lingkup percepatan untuk memperkecil gep kasus-kasus yang terlaporkan," ujar Ibu Ai Maryati Solihah.
-----
Ayo kunjungiadjar.iddan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.