GridKids.id - Kasus COVID-19 di Jawa-Bali kembali mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.
Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Ibu Siti Nadia Tarmiz, pada 10 April 2022 tercatat kasus COVID-19 di Jawa-Bali sebanyak 169 kasus.
Lima provinsi juga alami peningkatan positivity rate PCR seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bangka Belitung, Kalimantan Utara, dan Bali.
"Walaupun kalau kita lihat angka peningkatan kasus positif ini tak setinggi seperti sebelumnya," kata Ibu Nadia, melalui konferensi pers secara daring.
Selain itu, kasus COVID-19 pada anak juga sudah jarang ditemui tak seperti sebelumnya.
"Untuk kasus COVID-19 tetap lebih banyak kepada orang dewasa diusia 18 tahun ke atas, kalau usia anak-anak sudah jarang kasusnya," ujar Ibu Nadia pada GridKids.id (12/4/22).
Lalu, Kasus COVID-19 di sekolah para siswa yang melakukan PTM juga sudah tak ditemukan.
"Bahkan kasus-kasus yang kita dapatkan PTM sudah sangat berkurang saat ini, kalau kita liat porsi terbesar itu usia di atas 18 tahun," kata Ibu Nadia.
Meski jumlahnya tak banyak, masih ada anak yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Baca Juga: Berbeda dengan Orang Dewasa, Ini Gejala Utama Long COVID-19 pada Anak
"Masih ada, tetapi jumlahnya sangat sedikit ya, kurang dari 20 itu pun sangat jarang, mungkin hanya 10 di bawah usia 18 tahun, kalau bayi di bawah 5 hingga 6 tahun sangat jarang," tambah Ibu Nadia.
Untuk saat ini yang memiliki gejala berat atau berada di ICU enggak ada, sebagian besar hanya bergejala ringan dan tak bergejala sehingga tak dirawat di rumah sakit.
Selain itu, Ibu Nadia juga menjelaskan kalau pola COVID-19 bukan karena virus corona saja, melainkan ada penyakit penyerta.
"Misalnya pada anak-anak yang mengidap Leukimia, memiliki penyakit bawan dan rutin tranfusi darah atau mendapatkan pengobatan tertentu, maka dalam pemeriksaan berpotensi positif COVID-19," ujar Ibu Nadia.
Sehingga gejala COVID-19 pada anak bisa dikatakan hampir tak ada.
Anak-anak yang mengalami positif COVID-19 umumnya tak memiliki gejala tetapi penyakit penyerta.
"Pola penyakit COVID-19 pada usia (Di bawah 6 tahun hingga 18 tahun) tersebut cenderung tak bergejala atau ringan sangat jarang anak kondisi berat murni karena COVID-19, " Kata Ibu Nadia.
Penyakit tersebut seperti seperti asma, Sakit jantung bawaan, atau anak-anak menderita leukimia.
Baca Juga: Banyak Anak-anak yang Positif Terinfeksi COVID-19, Ketahui Gejala yang Dapat Terjadi
Jika ada sejumlah penyakit tersebut, maka akan memperparah gejala COVID-19.
Namun anak-anak sudah mendapatkan proteksi dari vaksin yang diberikan pemerintah.
Cakupan vaksin anak usia 6-18 tahun dosis lengkap mencapai 75 persen.
Sedangkan, usia 6-11 tahun mencapai 55 persen dosis lengkap.
"Dengan dua kondisi tersebut, artinya cakupan vaksinasi sudah tinggi dan merata, itu yang menyebabkan proteksi terjadi pada anak-anak dan pada populasi masyarakat," kata Ibu Nadia.
-----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.