Find Us On Social Media :

Filosofi Bubur Sumsum, Makanan Tradisional yang Mengajarkan Tentang Rasa Syukur

Bubur sumsum terlihat sederhana tapi begitu kaya cita rasa.

GridKids.id - Sajian berbuka puasa selain kolak pisang yang banyak digemari sebagai menu berbuka puasa adalah bubur sumsum.

Bubur sumsum merupakan makanan tradisional yang terbuat dari tepung beras dan dinikmati bersama saus gula merah atau gula jawa.

Teksturnya lembut dengan rasa gurih yang bercampur manis sirup gula jawa, rasanya begitu mudah diterima sebagai makanan pertama setelah berpuasa seharian.

Tak hanya dibuat dan dikonsumsi sebagai menu sarapan, orang Jawa biasa membuat bubur sumsum sebagai bagiam dari ritual adat sebagai ungkapan syukuran atas lancarnya sebuah acara.

Bubur sumsum dianggap sebagai simbol berkah dan kesehatan, warna putihnya dianggap mirip dengan warna sumsum tulang yang berwarna putih.

Bubur sumsum menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar masyarakat Jawa.

Bubur sumsum biasanya akan disajikan setelah selesai acara hajatan dan diberikan kepada para tetangga yang sudah bergotong royong membantu jalannya acara.

Bubur sumsum dianggap sebagai ucapan terima kasih dan membantu membayar rasa lelah dan menyemangati masyarakat yang sudah berbaik hati mau saling membantu kelancaran acara.

Lalu, apa saja sih filosofi dan nilai-nilai yang bisa dipelajari dari sajian bubur sumsum yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa ini?

Baca Juga: Sejarah Kolak, Menu Takjil yang Wajib Ada saat Berbuka Puasa

Filosofi Bubur Sumsum

Bubur sumsum melambangkan kesetaraan, hal ini karena sajian ini dipersiapkan untuk dikonsumsi semua orang yang ikut berbahagia dan bersyukur tanpa terkecuali.

Semua orang bisa menikmatinya enggak peduli dari golongan kelas atas maupun kelas bawah, semuanya bisa menikmati cita rasa bubur sumsum yang lezat.

Bubur sumsum juga mengajarkan bahwa kebahagiaan dan rasa syukur bisa diperoleh dari hal-hal sederhana dan enggak perlu mahal.

Bubur sumsum terbuat dari bahan-bahan yang sederhana namun tetap lezat dan bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Keberadaannya bisa jadi bentuk rasa syukur dan terima kasih karena sebuah acara bisa terlaksana lancar tanpa halangan berarti.

Bubur sumsum juga mengajarkan seperti apa itu menjaga alam yang kita tinggali.

Secara tradisional, bubur sumsum dinikmati dengan daun pisang sebagai alas dan sendoknya. Di daerah-daerah pedesaan cara ini masih digunakan untuk menyantap bubur sumsum.

Tak hanya sekedar sederhana, alas dan sendok dari daun pisang ini juga bisa mengurangi penggunaan plastik yang sampahnya bisa mencemari lingkungan karena sulit diuraikan.

 ----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.