GridKids.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyampaikan prediksinya tentang puncak kasus positif COVID-19 varian Omicron di Indonesia pada awal Maret 2022 mendatang.
Hal ini senada dengan prediksi Epidemiolog Griffith University Australia, Bapak Dicky Budiman, yang memperkirakan akhir Februari hingga awal Maret 2022 ini.
Beliau menyebutkan bahwa puncak gelombang kasus positif akan terjadi ketika kasus infeksi menunjukkan kurva yang semakin landai.
Hal tersebut disebut bukan disebabkan karena enggak ada lagi penyebaran tapi disebabkan karena jumlahnya sudah sampai ke angka yang paling banyak daripada yang sudah terjadi sebelumnya.
Dengan kata lain, sebagian besar masyarakat mungkin sudah terpapar. Ketika sudah mencapai titik tertinggi, setengah dari penduduk mungkin sudah terpapar virus.
Dari tahap itu, maka lama kelamaan grafik akan menurun dan berubah menjadi landai setelahnya.
Berbeda dengan puncak kasus varian delta sebelumnya, puncak kasus ini menunjukkan angka infeksi yang lebih menurun.
Jakarta masih dalam fase puncak Omicron
Pak Dicky menyangkal pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Bapak Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyatakan DKI Jakarta yang sudah melalui puncak Omicronnya.
Baca Juga: Semakin Mengkhawatirkan, Ternyata Omicron Mudah Menyerang Orang dengan 4 Golongan Ini
Meskipun memang beberapa hari terakhir penambahan kasus COVID-19 harian menunjukkan penurunan, DKI Jakarta belum bisa disebut sudah melalui puncak Omicron.
Pak Dicky menyatakan bahwa saat ini angka tes juga sedang menurun sehingga belum bisa dikatakan bahwa DKI Jakarta sudah melalui puncak Omicron.
Beliau juga menambahkan bahwa enggak mudah untuk bisa menyatakan sebuah daerah sudah melewati puncak kasus Omicron, karena pernyataan harus berdasar pada data yang komprehensif.
Selain itu, memperhatikan pengalaman beberapa negara, Omicron menunjukkan kecenderungan fluktuatif.
Jika grafik menunjukkan penurunan, ada kemungkinan angka akan kembali naik nantinya.
Jika pun nanti sudah berhasil melewati puncaknya, enggak berarti kondisi Omicron sudah berhasil diselesaikan.
Tiap daerah akan melalui puncak yang berbeda, berbeda dengan varian Delta yang terjadi dan berakhir secara bersamaan.
Ada banyak variabel yang perlu dihitung untuk menentukan apakah Omicron sudah mencapai puncak kasusnya, hal itu enggak bisa dilihat hanya dari kasus infeksi harian.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti jumlah penduduk yang rawan infeksi, perilaku hidup sehat masyarakat, kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan, vaksinasi booster, hingga strategi pemerintah untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan ke depan.
Baca Juga: Adakah Perbedaan Gejala COVID-19 Varian Omicron pada Anak-Anak dan Orang Dewasa?
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.