Hal ini tentunya menimbulkan persaingan dan membuat dominasi Inggris terganggu di wilayah koloninya.
Menyikapi hal itu, Pada 1721 Parlemen Inggris menerapkan undang-undang jual beli teh di wilayah koloni yang mewajibkan semua barang impor harus dari Britania Raya.
Namun, penerapan undang-undang ini enggak menunjukkan perubahan signifikan, penjualan teh selundupan dari perusahaan dagang Belanda tetap lebih berjaya.
Inilah yang kemudian mendorong parlemen Inggris menerapkan undang-undang Townshend yang mengatur penetapan pajak di wilayah koloni kerajaan Inggris yang bertujuan menambah kas kerajaan.
Protes-protes yang muncul mendorong parlemen Inggris untuk mencabut kebijakan itu pada 1770.
Namun, sebuah sub pasal tentang cukai teh tetap dipertahankan karena Inggris merasa punya hak untuk menetapkan pajak pada rakyat wilayah koloninya.
Cukai itu akan ditarik ketika peti-peti teh berlabuh di pelabuhan Boston yang kala itu jadi pusat kegiatan importir kolonial terbesar di dunia.
Baca Juga: Mengenal Afternoon Tea dan High Tea, Budaya Minum Teh dari Inggris yang Penuh Etika
Sedangkan, kegiatan penyelundupan teh ilegal masih terus dilakukan di pelabuhan New York dan Philadelphia.
Kondisi ini mendorong pemerintah Inggris melalui parlemen mempertimbangkan untuk mengesahkan undang-undang teh yang berkaitan dengan ketetapan cukai teh di wilayah koloni Inggris.
Petisi dan upaya boikot kapal-kapal Inggris yang membawa komoditas teh enggak berjalan lancar karena Gubernur Massachussetts tetap ingin menjalankan undang-undang teh yang diterapkan oleh pemerintah kerajaan Inggris.
Hal inilah yang akhirnya mendorong reaksi keras rakyat Amerika untuk menginisiasi peristiwa Boston Tea Party.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.