Find Us On Social Media :

Jadi Pelengkap Bersantap Favorit Orang Indonesia, Inilah Sejarah Kerupuk

Kerupuk adalah pelengkap kegiatan bersantap yang enggak bisa dilepaskan dari kehidupan kita sehari-hari

GridKids.id — Siapa, nih, di antara kalian yang enggak bisa makan kalau belum ada kerupuk?

Memang kadang belum lengkap kalau makanan yang kita santap enggak ada kerupuknya.

Tekstur yang renyah dan rasa yang gurih membuat kerupuk jadi teman bersantap andalan masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Kebiasaan Unik Orang Indonesia yang Harus Makan Ditemani Kerupuk, Apakah Kamu Salah Satunya?

Kerupuk hampir selalu ada di setiap sajian kuliner Indonesia, seolah jadi pelengkap yang harus ada untuk membuat sajian lebih sempurna.

Ternyata kerupuk punya sejarah yang panjang, lo.

Yuk, simak perjalanan sejarahnya!

Menurut Fadly Rahman, seorang sejarawan yang menaruh perhatian pada sejarah kuliner, juga penulis buku Rijstaffel (Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942), kerupuk sudah ada sejak abad 9 atau 10 Masehi.

Keterangan sejarah itu tercatat dalam prasasti Batu Pura.

Dalam prasasti tersebut tertulis tentang kerupuk rambak (kerupuk dari kulit sapi atau kerbau) yang sampai sekarang masih ada, dan bisa ditemukan dalam kuliner krecek.

Baca Juga: Trik Membuat Kerupuk yang Melempem Kembali Renyah, Mudah Banget

Dalam Ensiklopedi Umum, A.G. Pringgodigdo menulis bahwa kerupuk kulit yang terbuat dari bahan kulit ternak dibuat dengan membuang lapisan selaput dan membakar bulunya.

Kulit tersebut kemudian direbus sampai empuk lalu diiris-iris dan dijemur hingga kering.

Dalam perkembangannya, kerupuk menyebar hingga ke wilayah pesisir Kalimantan, Sumatra, hingga Semenanjung Melayu.

Masyarakat Melayu di sana menjadikan kekayaan laut dari beragam jenis ikan dan udang dan menjadikannya sebagai kerupuk.

Hal tersebut tercatat dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi saat menyebut Malaysia pada sekitaran abad 19, dia juga menyebut tentang keropok (kerupuk).

Kerupuk mulai disukai di mancanegara sedari masa kolonialisme Hindia Belanda dan dianggap sebagai pelengkap yang harus ada dalam beragam sajian kuliner Nusantara yang mereka santap.

Meski dianggap sebagai pelengkap, kerupuk mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat Eropa.

Baca Juga: Kesal Ketika Memakan Kerupuk Alot? Ini Cara Membuat Kerupuk Menjadi Renyah

Sampai timbul ungkapan bahwa kurang nikmat menyantap makanan Nusantara tanpa ada kerupuk.

Posisi kerupuk dan sambal sebagai pelengkap sajian Nusantara memiliki posisi yang sama penting.

Kombinasinya ini dianggap sangat cocok untuk melengkapi berbagai sajian kuliner Nusantara.

Pringgodigdo mengungkapkan selain kerupuk kulit, kerupuk juga terbuat dari tepung singkong (tepung kanji, sedikit tepung terigu, sedikit garam, ditambahkan daging udang atau ikan.

Jenis kerupuk beragam bergantung pada bahan-bahan yang ditambahkan pada komposisinya, misalnya kerupuk udang atau kerupuk ikan.

Selain kerupuk kulit (rambak), dikenal pula kerupuk aci. Pembuatan kerupuk ini karena banyaknya produksi singkong di tanah Jawa pada abad ke-19.

Pada masa itu, singkong telah menjadi salah satu komoditas pangan yang paling diandalkan oleh masyarakat di Pulau Jawa.

Singkong dapat diolah dengan beragam cara masak, dapat juga diolah menjadi tepung dan menjadi aci. Salah satu produk dari singkong yang banyak kita gemari adalah kerupuk.

Baca Juga: Opak-Opak, Kerupuk yang Enggak Digoreng tapi Dibakar, Sudah Pernah Coba Jajanan Khas Lombok Ini?

Kemunculan kerupuk aci pada abad ke-19 menjadi pilihan masyarakat Indonesia untuk bertahan hidup.

Keadaan masyarakat yang kekurangan bahan makanan membuat kerupuk menjadi bahan pangan pokok.

Tepung singkong yang dijadikan sebagai kerupuk kemudian dijadikan lauk bagi rakyat biasa.

Rakyat yang hidup kekurangan hanya bisa menjadikan kerupuk sebagai lauk.

Sebab makanan seperti daging-dagingan sangat minim, dan jikapun ada di pasar harganya sangat mahal, dan rakyat tidak mampu membelinya.

Makan kerupuk di masa sekarang menjadi hal yang biasa, kadang kerupuk dijadikan camilan, namun kerupuk pernah menjadi simbol dari kehidupan yang penuh keterbatasan dan keprihatinan.

Baca Juga: Bisa Bikin Kerusakan Otak! Di Balik Nikmatnya Kriuk Kerupuk, Ada Beberapa Risiko Penyakit yang Mengintai

Itu dia Kids, sejarah singkat tentang kerupuk favorit kita semua.

Wah ternyata hal yang sering kita makan punya cerita panjang, ya? 

----

Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.