4. Kurangnya rasa empati
Penyebab selanjutnya adalah karena kurangnya rasa empati.
Saat melihat korban, pelaku bullying enggak merasa empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian mungkin justru merasa senang saat melihat orang lain takut.
Semakin mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin pelaku bullying senang melakukan aksinya.
5. Mencari perhatian
Kadang pelaku bullying enggak sadar kalau apa yang dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa yang dilakukannya adalah mencari perhatian.
Jenis yang satu ini paling mudah untuk diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya perhatian yang positif sebelum pelaku mencari perhatian dengan cara yang negatif.
6. Kesulitan mengendalikan emosi
Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi bisa berpotensi jadi pelaku bullying.
Saat seseorang merasa marah dan frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang lain bisa saja dilakukan.
Kalau sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah kecil saja bisa membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan emosinya secara berlebihan.