GridKids.id - Belakangan ini mungkin kamu sering mendengar istilah thrift atau thrifting.
Tahukah kamu sebenarnya apa itu thrifting?
Thrifting menjadi fenomena yang sedang digandrungi oleh banyak orang di Indonesia, nih, Kids.
Fenomena ini berhubungan dengan membeli barang bekas berupa pakaian yang masih layak pakai.
Wah, mengapa orang tertarik untuk melakukannya, ya?
Kita cari tahu selengkapnya tentang apa itu thrifting, yuk!
Baca Juga: Apa Itu Pandemic Fatigue? Bisa Menimpa Siapa Saja di Masa Pandemi COVID-19 yang Tak Kunjung Usai Ini
Apa Itu Thrifting?
Thrift merupakan istilah bahasa Inggris yang berarti 'hemat'.
Nah, di Indonesia sendiri istilah thrift atau thrifting merujuk pada aktivitas membeli pakaian bekas yang dijual kembali di pasar.
Thrifting adalah tindakan membeli barang bekas yang masih layak pakai dalam rangka menghemat pengeluaran.
Selain itu, aktivitas tersebut juga dilakukan untuk membantu ekologi dengan mengurangi limbah tekstil, Kids.
Baca Juga: Cara Menghilangkan Noda Tinta pada Pakaian, Cukup Pakai Bahan yang Ada di Rumah
Di masa pandemi COVID-19 sekarang ini, thrifting menjadi salah satu peluang bisnis karena pamor berbelanja pakaian bekas layak pakai memang sedang naik daun.
Tak hanya dijual di kios atau pinggir jalan. Sekarang ini banyak usaha thrifting yang dijalankan secara online, lo.
Mengapa Orang Suka Thrifting?
Dilansir dari Kompas.com, menurut Riri Rengganis, Fashion Designer brand Rengganis dan Indische sekaligus Vice Executive Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC) ada tiga faktor yang memicu orang-orang menyukai thrifting.
Faktor pertama, thrifting menantang kreativitas seseorang dalam styling.
Saat berbelanja thrift terdapat unsur kejutan yang membuat aktivitas berbelanja menjadi lebih seru.
Faktor kedua adalah barang-barang thrift lebih murah, Kids.
Jika pandai memilih kita bisa menapatkan pakaian bagus dengan harga terjangkau dan dengan kondisi yang masih layak untuk dipakai, lo.
Faktor ketiga ialah adanya kesadaran akan sustainability atau 'keberlanjutan'.
Soalnya, masyarakat mulai memahami bahwa baju bekas merupakan sumber limbah dunia yang sangat besar.
Dampak Lingkungan dari Industri Fesyen
Pendiri San Fancisco-ThredUP, Chris Homer mengungkapkan bahwa industri fesyen dikritik karena memiliki dampak besar terhadap lingkungan.
Contoh dampaknya adalah barang bekas atau fast fashion yang menumpuk di tempat pembuangan sampah.
Enggak hanya itu, industri fesyen juga memiliki dampak lain berupa jejak karbon yang diperkirakan lebih besar daripada gabungan industri perkapalan dan maskapai penerbangan.
Nah, aktivitas memanfaatkan dan membeli pakaian bekas dapat berperan dalam membantu mengatasi masalah tersebut, Kids.
Baca Juga: Melanda Filipina Akibat Pandemi COVID-19, Apa Itu Plantdemic?
Kalau dulu banyak orang yang enggak tertarik membeli barang bekas karena identik dengan kesan enggak memiliki uang untuk membeli barang baru.
Namun, sekarang pemikiran orang mulai berubah dan kesadaran akan mendaur ulang barang bekas agar tak langsung berujung ke tempat samapah semakin meningkat.
Siapa yang juga mulai tertarik dengan thrifting, nih?
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dan pengetahuan seru, langsung saja berlangganan majalah Bobo dan Mombi SD. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id