Find Us On Social Media :

Waspada Hoaks! 6 Anggapan tentang COVID-19 yang Banyak Dipercaya Ini Ternyata Cuma Mitos

6 mitos dan hoaks yang sering dipercaya masyarakat tentang COVID-19 dan penjelasannya.

GridKids.id - Virus corona COVID-19 masih menyebar di berbagai negara.

Karena merupakan virus jenis baru, masih banyak informasi atau pengetahuan yang belum kita ketahui mengenai COVID-19.

Akibatnya, banyak beredar hoaks atau mitos yang salah mengenai virus ini. 

Hampir semua negara mulai membuka lockdown, termasuk Indonesia yang juga sudah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Sayangnya, ini memberikan orang-orang persepsi yang salah tentang rasa aman.

Mereka merasa kalau negara atau wilayah tempat mereka tinggal sudah aman dari COVID-19.

Dengan dibukanya kembali berbagai negara dan beberapa aktivitas luar ruangan sudah diizinkan, banyak orang mulai mengabaikan protokol kesehatan.

Contohnya seperti enggak mengenakan masker wajah dan enggak menjaga jarak sosial.

Hal ini tentu bisa menyebabkan lonjakan pada kasus baru COVID-19. Pelonggaran karantina membuat orang salah paham.

Para ahli mengatakan, hal itu memengaruhi tindakan orang-orang dan mungkin memberi virus corona peluang untuk menulari lebih banyak orang.

Inilah 6 mitos salah terkait pandemi COVID-19:

1. Perekonomian mulai aktif bukan berarti kondis pandemi COVID-19 membaik

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, bahwa meskipun banyak negara membuat kemajuan dalam mengelola COVID-19, dunia masih jauh dari akhir pandemi.

Para ahli kesehatan juga percaya, bahwa kita belum mencapai kondisi terburuk dari pandemi COVID-19.

Di Amerika misalnya, banyak orang beranggapan kalau AS sudah mencapai herd immunity.

Faktanya, yang terinfeksi hanya 5 hingga 8 persen dari populasi. Sedangkan, dibutuhkan 70 hingga 90 persen orang untuk mendapatkan herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap COVID-19.

Baca Juga: Anti Hoaks, Inilah 7 Layanan Terpercaya untuk Informasi Virus Corona

2. Herd Immunity akan menyelamatkan semua orang

Beberapa orang percaya kalau herd immunity adalah kunci untuk mengakhiri perang melawan virus corona. Namun, jalan menuju ke sana sangat berbahaya.

Sejak awal pandemi, rumah sakit sudah menghadapi tantangan dalam mengakomodasi semua pasien dengan COVID-19.

Bayangkan, kalau sebagian besar populasi dirawat di rumah sakit bersamaan dengan penyakit atau kondisi lain yang juga membutuhkan perawatan intensif.

3. Memakai masker wajah tidak lagi diperlukan

Orang-orang di Arizona, Florida, dan Texas enggak diharuskan memakai masker wajah.

Namun CNN melaporkan, negara-negara bagian ini sekarang punya kasus COVID-19 tertinggi.

"Ketika ekonomi mulai beroperasi, masker wajah justru menjadi lebih penting," kata Jeremy Howard, seorang ilmuwan penelitian di University of San Francisco.

Menurut perkiraan dari Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington, kalau 95 persen orang di AS mengenakan masker wajah selama berada di tempat umum, negara itu bisa menghindari 33.000 kematian pada 1 Oktober.

4. Pemeriksaan suhu tubuh bisa mendeteksi seseorang terinfeksi COVID-19

Pemeriksaan suhu tubuh enggak bisa mendeteksi apakah seseorang terinfeksi virus corona atau enggak.

Apalagi, kalau orang seseorang terinfeksi virus corona tanpa gejala.

Mereka enggak akan merasa sakit atau mengalami demam, tapi tentu saja bisa menularkan virus corona.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memperkirakan kalau 40 persen transmisi penularan COVID-19 terjadi tanpa gejala.

Baca Juga: Banyak Hoaks, WHO Kerja Sama dengan TikTok Bikin Video Informasi Virus Corona

5. Orang-orang berusia muda enggak perlu khawatir

Pada hari-hari awal pandemi, para ahli melaporkan, kalau cuma orang dewasa yang berusia lebih tua dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah punya risiko tinggi terkena virus corona.

Namun, ada semakin banyak orang dari Gen Z dan kelompok milenial yang terinfeksi virus corona dalam beberapa bulan terakhir.

Banyak pasien berusia muda juga menderita komplikasi serius karena COVID-19.

Dokter yang berbasis di New Jersey Jen Caudle mengatakan stroke, sesak napas, kelelahan, dan ketidakmampuan untuk mencium dan merasakan karena penyakit ini sudah memengaruhi lebih banyak orang muda.

6. Hasil tes negatif berarti aman

Penn Medicine memperingatkan, kalau beberapa pengujian virus corona memberikan hasil negatif palsu, itu berarti kemungkinan kamu mengidap COVID-19, tapi tes tersebut enggak mendeteksi.

Beberapa orang dengan COVID-19 memang masih bisa mendapatkan hasil negatif.

Karena itu, sangat penting menerapkan protokol kesehatan, dengan memakai masker dan menjaga jarak, untuk mencegah penyebaran virus corona.

(Penulis: Bestari Kumala Dewi)

Baca Juga: Waspada Hoaks! Inilah 9 Mitos Virus Corona yang Sering Dipercaya, Padahal Belum Tentu Benar

------

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id.