Find Us On Social Media :

Sudah Lebih dari 100 Hari, Apakah Kasus Corona di Indonesia Sudah Menurun? Ini Hasil Hitungan Peneliti

Jokowi

GridKids.id - Virus corona diduga berasal pertama kali dari Wuhan, pada Desember 2019.

Sudah lebih dari 100 hari semenjak masuknya virus corona di Indonesia, pemerintah telah melakukan banyak hal untuk menekan penyebaran virus tersebut, Kids.

Dari PSBB hingga new normal pun telah dilakukan. Beberapa orang pun bahkan masih belajar dari rumah dan bekerja dari rumah.

Namun, dibeberapa daerah seperti DKI Jakarta dan Surabaya kasus corona masih sangat tinggi.

Lantas, seperti apa kondisi di Indonesia yang sebenarnya? 

Baca Juga: Sederhana! Cobalah Rutin Minum Rebusan Daun Salam dan Nikmati Hasilnya Pada Tubuh, Salah Satunya Bisa Menurunkan Kolestrol

Prediksi awal penelitian

Peneliti dari Pemerintah Provinsi DIY menjelaskan alasan prediksi awal mereka soal Covid-19 di Indonesia melenceng dan tidak sesuai fakta di lapangan.

Sebelumnya, pada penelitian berjudul "Prediksi Periode Penyebaran Kasus Covid-19 Berbasis Konteks", kurva kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia diprediksi terjadi pada pertengahan Mei.

Selanjutnya pandemi ini akan mereda di awal Agustus 2020.

Namun, kondisi di lapangan pada pertengahan Mei justru menunjukkan fakta yang sebaliknya, Kids.

Peningkatan kasus terjadi begitu tinggi, jauh melampaui angka yang telah diprediksi sebelumnya.

Rata-rata sebelumnya di angka 300-400 kasus per hari. Namun, pada pekan kedua Mei, jumlah kasus harian ada di rentang 600-700 kasus.

Baca Juga: Tahun Ajaran Baru di Tengah Pandemi, 94 Persen Siswa Masih Harus Belajar dari Rumah

Jumlah kasus meningkat

Setelah lewat lebaran pun kasus positif corona justru menunjukkan peningkatan pada 9 dan 10 Juni lalu.

Pemerintah mengumumkan, dalam satu harinya terdapat lebih dari 1.000 kasus baru terkonfirmasi Covid-19, Kids.

Peneliti dari Pemprov DIY, Pak Joko Hariyono, menyebutkan, faktor yang membuat kurva semakin meningkat adalah masyarakat yang kembali melakukan aktivitasnya secara normal dan enggak menaati imbauan pemerintah.

Hal itu disebutkan Pak Joko dalam keterangan resminya yang diterima Kompas.com, Sabtu (13/6/2020). "Imbauan protokol kesehehatan dari Pemerintah enggak sepenuhnya dijalankan secara konsisten oleh sebagian masyarakat," kata Pak Joko.

Peningkatan aktivitas terjadi ketika memasuki awal bulan Ramadhan.

Pada saat itu, banyak masyarakat yang enggak memperhatikan protokol kesehatan saat membeli makanan berbuka puasa, berbelanja ke pasar, mengantre bantuan sembako, tetap menjalankan ibadah secara bersama-sama, dan sebagainya.

"Momen ini berlangsung hampir di sepanjang Ramadhan, akhir April-akhir Mei 2020 dan diikuti dengan hari raya Idul Fitri pada akhir Mei 2020," jelas Joko.

Baca Juga: Viral! Paket Poster Terbelah Menjadi Dua Bagian Diduga Kesalahan Oleh Pihak Kurir, Netizen Ikut Emosi 'Aku Juga'

Simulasi baru

Karena hasil prediksi pada simulasi pertama enggak berjalan sesuai dengan fakta di lapangan sejak pertengahan Mei 2020, maka dibuatlah simulasi baru dengan basis yang sama.

Hanya saja, kali ini peneliti memasukkan faktor kelonggaran yang diberikan pemerintah dengan pemberlakuan New Normal.

"Kebetulan hari ini memasuki 100 hari penanganan kasus Covid-19, kami menulis beberapa hal terkait revisi penelitian kami sebelumnya disertai hasil simulasi baru. Kami juga menganalisis kenapa terjadi anomali atas penelitian kami," kata Pak Joko dalam pesan singkat kepada Kompas.com.

Dalam simulasi ini, akan ada 3 klasifikasi prediksi: prediksi awal yang meleset di pertengahan jalan, prediksi ketiga diberlakukan new normal dengan pembatasan ketat, dan prediksi terakhir diberlakukan new normal dengan pembatasan sedang. 

Dari hasil simulasi, untuk garis bewarna hijau yakni penerapan new normal yang dibarengi dengan kerja keras pemerintah dan tenaga medis (garis hijau), sangat berisiko memperluas penyebaran hingga 225 hari dari kasus pertama (2 Maret) dengan tingkat infeksi di atas 100.000 kasus.

Sementara untuk garis bewarna biru dengan adanya penerapan new normal didampingi agresivitas dan kecepatan yang cukup memadai dari pemerintah berisiko memperluas penyebaran hingga 285 hari dari kasus pertama, dengan tingkat infeksi di atas 200.000 kasus.

Sedangkan penerapan new normal dengan pendampingan pemerintah di tingkat rendah menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia memasuki zona uncertainity, dengan tingkat infeksi yang sangat parah dan periode penyelesaian sulit untuk diukur.

Data yang diacu untuk analisis simulasi kedua ini berasal dari data pemerintah sejak awal kasus di 3 Maret-12 Juni 2020.

Baca Juga: Dikhawatirkan Membawa Virus, Begini Risiko Penularan Corona Lewat Pakaian dan Sepatu

(Penulis : Luthfia Ayu Azanella)

-----

Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di www.gridstore.id