GridKids.id - Kids, siapa di antara kamu yang punya cita-cita menjadi astronot ketika sudah besar nanti?
Astronot adalah seorang penjelajah luar angkasa yang sebelumnya akan menjalani latihan dalam program penerbangan luar angkasa.
Tujuan dari pelatihan ini adalah menciptakan manusia yang bisa memimpin, menerbangkan pesawat, atau menjadi awak pesawat antariksa yang menjelajah luar angkasa.
Astronot adalah seseorang yang pergi ke luar angkasa untuk membawa dan menyelesaikan misi-misi tertentu.
Jika kamu ingin menjadi seorang astronot, ada seleksi juga pelatihan yang sangat ketat untuk bisa meloloskanmu jadi salah satu astronot terpilih untuk terbang dengan pesawat ulang-alik.
Selain pelatihan khusus, para astronot juga dituntut menguasai berbagai jenis ilmu pengetahuan, misalnya kosmologi hingga ilmu-ilmu eksakta (matematika, fisika, kimia).
Namun, tahukah kamu bahwa ada beberapa efek samping bagi para astronot yang berhasil pulang ke bumi setelah menyelesaikan misinya di luar angkasa?
Dilansir dari beberapa sumber, berikut ini adalah beberapa efek yang dirasakan oleh para astronot sepulang dari misi luar angkasa, di antaranya:
Efek Samping Perjalanan Para Astronot Ke Luar Angkasa
1. Mengalami Osteoporosis
Menurut Canadian Space Agency (CSA), para astronot bisa kehilangan sekitar 1-2% kepadatan tulang dalam jangka waktu satu bulan atau 30 hari.
Baca Juga: Terpengaruh Gravitasi, Bagaimana Cara Astronot Makan dan Minum? #AkuBacaAkuTahu
Hilang atau menurunnya kepadatan tulang ini bisa terjadi karena selama di luar angkasa para astronot berada di lingkungan hampa udara atau tanpa gravitasi.
Kondisi itu membuat tubuh secara otomatis harus mengeluarkan energi lebih untuk bisa membangun struktur tulang yang lebih kuat untuk melawan gaya gravitasi yang berbeda dari gravitasi di bumi.
2. Perubahan Kekuatan Sendi dan Otot
Misi astronot di luar angkasa yang berlangsung jangka panjang bisa mengurangi massa otot karena perubahan gravitasi.
Kekuatan otot yang terdampar dengan perubahan gravitasi ini adalah otot-otot di bagian kaki.
Gravitasi rendah bisa menyebabkan ketegangan pada otot manusia sehingga otot akhirnya menjadi lemah.
Ukuran dan fungsi otot dan sendi yang diperkirakan hilang sekitar 20-40% selama perjalanan yang begitu jauh dan berlangsung dalam waktu lama.
3. Permasalahan Penglihatan
Para astronot yang melakukan misi ke luar angkasa dan kembali ke bumi biasanya akan mengeluhkan masalah pada penglihatannya.
Survei yang dilakukan NASA pada 300 astronot menunjukkan bahwa sekitar 48% astronot mengalami masalah penglihatan berupa rabun dekat dan rabun jauh.
Sedangkan masalah penglihatan tersebut hanya bisa ditangani jika dialami oleh para astronot yang menjalani misi luar angkasa dalam waktu singkat.
Baca Juga: Luncurkan 4 Astronot ke ISS, Misi NASA Kali Ini Sukses Catatkan Sejarah Baru, Apa Itu?
Kondisi ini berkaitan dengan perpindahan cairan tubuh ke arah kepala selama periode waktu yang cukup lama.
Hal ini membuat aliran cairan tulang belakang di sekitar saraf optik menjadi abnormal dan menekan pembuluh darah di belakang mata.
4. Gangguan Psikologis
Menjadi seorang astronot rawan juga mengalami gangguan psikologis, seperti halusinasi.
Pada sebuah misi luar angkasa pada 1976, astronot dalam misi Soyuz-21 dari Rusia harus kembali ke bumi lebih awal karena para astronot melaporkan ada bau tajam yang tercium dari stasiun luar angkasa Salyut-5.
Kekhawatiran ini berkaitan dengan kemungkinan tentang adanya kebocoran cairan, namun setelah diperiksa oleh kru pengganti tak ada bau atau masalah teknis apapun yang ditemukan.
Halusinasi ini bisa disebabkan karena berbagai faktor, seperti efek tekanan kerja, kondisi lingkungan yang tak biasa, hingga perasaan kesepian selama berada jauh dari interaksi umumnya.
5. Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Perjalanan ke luar angkasa memiliki efek yang tak biasa pada fungsi atau kinerja organ tubuh manusia.
Segera setelah lepas landas dalam pesawat ulang alik, darah para astronot akan mengalir dari kaki ke kepala.
Hal ini akan menimbulkan tubuh bereaksi dengan mengurangi jumlah darah dalam tubuh manusia.
Baca Juga: Masih Misterius, Apakah Luar Angkasa Ada Batasannya? #AkuBacaAkuTahu
Ketika para astronot kembali dari gravitasi nol ke gravitasi normal di bumi, jumlah darah yang berkurang ini akan memicu tekanan darah rendah.
Inilah yang kadang memengaruhi keterampilan motorik dan membuat mereka enggak bisa berjalan seperti biasa dan sering pingsan.
Para astronot biasanya akan rentan terkena penyakit kardiovaskular seperti masalah pembuluh arteri, serangan jantung, hingga stroke.
6. Perubahan Kondisi Otak
Sebuah penelitian dilakukan pada otak dari 34 astronot sebelum dan sesudah mereka menjalankan misi luar angkasa.
Sebanyak 18 astronot mengikuti misi jangka panjang selama kurang lebih 18 bulan di International Space Station (ISS), sedangkan 16 astronot lainnya mengikuti misi jangka pendek yang berlangsung sekitar 2 minggu atau 14 hari.
Penelitian itu menunjukkan bahwa sebagian besar astronot yang ikut dalam misi jangka panjang akan mengalami pergeseran otak ke bagian atas tengkoraknya.
Selain itu, ada juga penyempitan pada ruang cairan serebrospinal (CSF) yang mengalir antara otak dan penutup luarnya.
Namun, gejala-gejala ini enggak ditemukan pada otak para astronot yang menjalankan misi luar angkasa jangka pendek.
Itulah tadi 6 efek samping perjalanan para astronot menjelajah ke luar angkasa.
Pekerjaan yang tampak keren dan bergengsi ini juga punya risiko yang membawa dampak besar bagi kondisi kesehatan para astronot.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Ayu Ma'as |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar