GridKids.id - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengusulkan Kesenian Reog Ponorogo menjadi warisan budaya tak benda (WBtB).
Usulan tersebut langsung disampaikan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau UNESCO.
Usulan pemerintah kepada UNESCO pada 15-16 Februari 2022 di Jakarta.
Reog Ponorogo sendiri merupakan kesenian dari Ponorogo, Jawa Timur yang menampilkan pertunjukan tari dengan menggunakan topeng barong.
Reog Ponorogo tertata pada prasati kerjaaan Kanjuruhan pada 760M dan prasasti kerajaan Kediri pada 1045M.
Lantas, bagaimana sejarah Reog Ponorogo? Yuk, kita cari tahu!
1. Sejarah Reog Ponorogo
- Legenda Singo Barong
Reog Ponorogo memiliki sejumlah versi cerita masing-masing. Pertama, merupakan kisah Kelana Sewandana.
Baca Juga: Jenis-Jenis Pola Lantai dalam Seni Tari, Materi Kelas 4 SD Tema 7
Pada saat itu, sosok Raja Bantarangin ingin melamar Dewi Sanggalangit putri raja Kediri.
Namun ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi yaitu Kelana Sewandana harus mengalahkan singo barong dari alas roban.
Lantas, ia membawa pasukan berkuda yang mudah dikalahkan oleh singo barong.
Lalu, Kelana Sendawa memakai sumping pada telinganya untuk menjelma menjadi dua ekor merak guna mengalihkan perhatian singo barong.
Cara tersebut membuat singo barong terkesan dengan merak dan mudah dikalahkan dengan pecut.
Lalu, pernikahan Kelana Sewandana dan Dewi Sangga langit diiringi dua ekor merak.
- Cerita Ki Ageng Kutu
Cerita kedua kisah dari kisah Ki Ageng Kutu, abdi Raja Brawijaya V yang pergi meninggalkan kerjaan Majapahit.
Lalu, Ki Ageng Kutu mendirikan padepokan yang diberi nama Surukubeng guna mengajarkan ilmu kanuragan dengan permainan barongan.
Baca Juga: Selalu Muncul Setiap Imlek, Ini Makna Tarian Barongsai #AkuBacaAkuTahu
Namun hal tersebut dianggap Ki Ageng Kutu tak mau ikut titah Raja Brawijaya V dan berkhianat.
Setelah itu, padepokan Ki Ageng Kutu diserang dan berakhir kalah.
2. Makna Reog Ponorogo
Nama Reog sendiri berasal dari kata Riyokun yang memiliki arti khusnul khotimah diambil dari cerita Raden Katong mengalahkan Ki Ageng Kutu.
Meski begitu ada anggapan tarian ini sebagai sindiran Ki Ageng Kutu kepada Raja Brawijaya V karena tunduk kepada istri.
Raja Brawijaya V digambarkan sebagai seekor macan yang dinaiki oleh merak.
Lalu, pasukan Majapahit digambarkan oleh penari jatilan yang menggunakan kuda.
Ki Ageng Kutu diibaratkan sebagai warok yang melindungi tanpa pamrih.
----
Ayo kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Febryan Kevin |
Editor | : | Danastri Putri |
Komentar