GridKids.id - Akibat pandemi virus corona COVID-19, pembelajaran dilakukan secara daring atau online.
Bukan cuma untuk tingkat sekolah, tapi juga sampai kuliah, Kids.
Namun, enggak semua pelajar dan mahasiswa bisa mendapatkan akses internet yang memadai. Bahkan, ada beberapa daerah yang bahkan enggak mendapat sinyal.
Hal ini membuat pelajar dan mahasiswa memutar otak dan mencari ide agar mereka enggak tertinggal pembelajaran.
Seperti yang dialami oleh Kak Teara Novianti, seorang mahasiswi semester dua di Universitas Muhammadiyah Magelang, Jawa Tengah.
Ceritanya berjuang berburu sinyal internet selama proses pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi virus corona ini jadi viral.
Kak Teara harus berjuang mengikuti pembelajaran daring di tepian jalan yang enggak jauh dari rumahnya kawasan Perbukitan Menoreh, Desa Kenalan, Magelang, Jawa Tengah.
Selama empat bulan sejak kebijakan belajar di rumah diterapkan, ia harus menuju tepi jalan untuk mendapatkan sinyal agar bisa mengikuti perkuliahan.
Kak Teara menceritakan, sudah dua kali mengikuti ujian di pinggir jalan, yaitu ujian tengah semester dan ujian akhir semester.
“Awalnya bingung, gimana saya bisa belajar daring kalau di rumah saja sinyal enggak bisa,” cerita Kak Teara saat dihubungi Kompas.com, Kamis (30/7/2020).
Ia mengatakan, lokasi tepi jalan yang jadi lokasinya “nongkrong” untuk belajar adalah titik yang memang digunakan warga setempat sebagai tempat mencari sinyal provider.
“Jadi saya memuuskan untuk di situ saja,” ujarnya.
Ditawari ke Rumah Teman
Sebenarnya, beberapa teman mengajaknya belajar di rumah mereka yang lebih mudah akses sinyal internetnya.
Akan tetapi jarak dari rumah Kak Teara ke rumah temannya ini cukup jauh, Kids.
Untuk mencapai rumah temannya yang terdekat saja, ia harus menempuh perjalanan sekitar 20 menit.
Oleh karena itu, ia lebih memilih ke tepi jalan yang cuma berjarak 1 kilometer dari rumahnya saat ada perkuliahan. Cara ini dianggapnya lebih efektif.
“Lagipula kalau setiap hari bertamu ke rumah teman, kan pakewuh juga,” kata Kak Tiara.
Jalan Desa
Menurut Teara, lokasi tempatnya mencari sinyal itu adalah jalan desa yang cuma dilewati warga sekitar.
Kak Teara berpikir kalau ini lebih aman serta lebih banyak orang yang ia kenal melintasi daerah itu.
Di dekat rumah Kak Teara, tepatnya sekitar 100 meter dari rumah, sebetulnya terdapat Balkondes (Balai Ekonomi Desa Borobudur) yang menyediakan fasilitas free wifi.
Sayangnya, pada awal-awal pandemi, tempat itu tutup. Saat masa adaptasi kebiasaan baru, lokasi baru dibuka kembali.
Balkondes itu baru buka sekitar pukul 09.00-10.00 WIB.
“Jadi mau enggak mau selama Balkondes belum dihidupin saya tetap di jalan itu,” katanya.
Baca Juga: Dari Pakai HT sampai Numpang WiFi di Rumah Orang, Inilah Cara Pelajar Siasati Sekolah Jarak Jauh
Bersama Adik dan Sepupu
Kak Teara menceritakan, ia enggak sendiri belajar di tepi jalan desa.
Biasanya, ia bersama adik dan sepupunya belajar di sana.
Namun, saat ujian kenaikan kelas berlangsung, ada lebih dari 10 siswa yang datang ke tempat itu.
Saat ini, para siswa SMP menjalani aktivitas belajar dalam waktu yang dibagi secara shift.
Sementara, para siswa SD enggak lagi mencari sinyal di tepi jalan karena para guru mendatangi rumah siswa.
Kak Teara selama ini sudah mencoba berbagai operator, tapi sejauh ini cuma ada satu operator yang sinyal internetnya bisa menjangkau wilayah tempat tinggalnya.
Itu pun hanya bisa digunakan untuk mengirim pesan WhatsApp, dan cuma bisa dilakukan di satu titik di rumahnya yaitu kamar mandi.
Sinyal juga enggak kuat kalau digunakan untuk mengirim pesan dalam bentuk lampiran file.
Kalau sudah malam dan masih harus mengirimkan tugas, maka Kak Teara akan tetap turun ke tepi jalan.
“Kalau malam gelap, makanya sering ditemani Mbah Kakung, atau adik saya,” katanya.
Selain itu, kendala yang Kak teara hadapi adalah saat hujan turun, Kids.
Beberapa kali, ia enggak bisa mengikuti kuliah karena hujan. Pernah juga ia berteduh di bawah payung sambil mengikuti perkuliahan dari tepi jalan.
“Jadi gimana caranya, bisa ikut kuliah,” katanya.
Saat ini, Kak Teara menyebutkan, pihak kampus yang mengetahui kendalanya selama belajar dari rumah akhirnya menemuinya.
“Mereka sangat mengapresiasi sekali. Terus katanya mau diprioritaskan untuk dapat beasiswa prestasi. Jadi memang pihak kampus responnya cepat dan bagus,” katanya.
(Penulis: Nur Rohmi Aida)
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Tinggal klik di https://www.gridstore.id.
Source | : | KOMPAS.com |
Penulis | : | Danastri Putri |
Editor | : | Regina Pasys |
Komentar