GridKids.id - Komisioner Komisi Perlindungan Anak, (KPAI), Ai Maryati Solihah menyebutkan sangat sulit mengidentifikasi korban bullying di sekolah.
"Ya emang itu sangat sulit mengidentifikasi, karena terkadang anak ditertawakan ikut tertawa , anak diskriminasi juga ikut saja, tak terlihat menyimpan luka atau sakit," Kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Ibu Ai Maryati Solihah kepada GridKids.
Hal tersebut berbeda dengan bullying fisik yang dialami anak, karena bisa terlihat secara fisik.
"Karena bullying fisik kan terlihat disakitinya, tetapi kalau verbal ataupun psikis, itu kadang-kadang ada jeda waktu yang tak terlihat dan sulit dikenali".
Menurut Ibu Ai Maryati Solihah ada pedoman-pedoman yang bisa digunakan di lingkungan sekolah untuk mencegah hal tersebut.
"Nah kalau saya tetap, ya, ada patokan-patokan, pedoman-pedoman yang sudah kita bangun contoh Permendikbud 82/2015 di lingkungan sekolah".
Menurutnya Permendikbud tersebut sudah mengulas tindakan bullying yang sering kita dengar di lingkungan sekolah.
Selain itu, Ai Maryati Solihah juga mengharapkan sekolah-sekolah mengimplementasikan Permendikbud tersebut.
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Satuan Pendidikan.
Jika Permendikbud tersebut diterapkan dengan baik maka bukan hanya sekedar himbauan dari kepala sekolah.
Ai Maryati Solihah juga menyebut kalau akan ada revisi Permendikbud agar bisa mencangkup cyber bullying.
Baca Juga: Pendekatan Keluarga Bisa Menekan Kasus Bullying di Lingkungan Sekolah
"Ini saya kira sangat hebat ya di lingkungan anak-anak di sekolah. Karena cyber bullying melalui media electronic, media sosial pokoknya yang berbasis digital terkait situasi kekerasan diterima anak ini".
Ai Maryati Solihah menyebut tindakan bullying yang terjadi karena cara berkomunikasi sehingga munculnya relasi kuasa.
"Situasi kekerasan di Indonesia masih sangat kuat dalam kultur, cara berkomunikasi, bahkan mungkin mengekspresikan sesuatu sehingga lahirnya analisa relasi kuasa," Ujar Komisioner KPAI, Ibu Ai Maryati Solihah, kepada GridKids.
Menurut Ibu Ai Maryati Solihah, hal tersebut seperti dari anak yang usainya lebih tua dan kuat agar mempengaruhi anak yang menjadi korban.
Lalu Ibu Ai Maryati Solihah, menjelaskan tindakan bullying atau kekerasan sendiri bisa ditekan sedemikan rupa.
"Bukan hanya secara kultural saja, apakah ini dianggap pendekatan moralitas atau hanya pendekatan bersifat himbauan, ujar Ai Maryati Solihah.
Lebih lanjut Ibu Ai Maryati Solihah menjelaskan, aturan yang ada akan mengukur tak hanya memberikan himbauan saja
"Saya lihat kendalanya masih besar untuk menjadi aturan yang bisa diimplementasikan di sekolah,".
Jika pendekatan secara kultural dan sruktur aturan diterapkan maka akan memperkecil gep adanya situasi kekerasan atau bullying di sekolah.
Jika ini secara kultur dan struktur aturan bisa saling memperkuat, maka saya rasa kita akan memperkecil gep adanya situasi kekerasan,".
Menurut Ibu Ai Maryati Solihah hal tersebut termasuk di keluarga sendiri dengan penerapan reward and punishment.
Baca Juga: 7 Cara Ampuh Mencegah Perilaku Bullying di Lingkungan Sekolah
"Ini termasuk di dalam keluarga sendiri, saya kira reward and punishment dalam pengasuhan, kemudian saling mendorong, mendukung, saling asah asih asuh antar keluarga".
"Itu jauh ada aturannya, kita saat ini mempunyai pengasuhan positif yang digembar-gemborkan oleh pemerintah itu jauh lebih duluan".
-----
Ayo kunjungiadjar.iddan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.